Asuransi

Kebijakan Tarif Dagang AS Dinilai Berdampak ke Industri Asuransi, Marine Cargo Jadi Lini Paling Terpengaruh

Kebijakan Tarif Dagang AS Dinilai Berdampak ke Industri Asuransi, Marine Cargo Jadi Lini Paling Terpengaruh

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa kebijakan tarif dagang yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS), khususnya di bawah kepemimpinan Presiden AS saat ini, telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap industri asuransi di Indonesia. Dampak paling nyata dirasakan oleh lini bisnis asuransi pengangkutan barang (marine cargo), yang merupakan sektor utama dalam perlindungan logistik dan perdagangan internasional.

Kondisi ini menambah tantangan baru bagi sektor asuransi nasional, yang sebelumnya sudah menghadapi tekanan dari volatilitas ekonomi global dan ketidakpastian pasar keuangan akibat tensi geopolitik dan perubahan iklim usaha secara global.

Marine Cargo Terpukul Akibat Tekanan Rantai Pasok Global

Direktur PT Axa Insurance Indonesia, Edwin Sugianto, mengungkapkan bahwa lini marine cargo saat ini tengah mengalami tekanan besar, terutama akibat penurunan volume perdagangan internasional yang disebabkan oleh kebijakan tarif impor yang lebih tinggi dari AS. Hal ini membuat banyak perusahaan memilih menunda pengiriman barang atau mengalihkan rute perdagangan ke negara lain, yang pada akhirnya menurunkan permintaan terhadap produk asuransi pengangkutan barang.

“Lini asuransi pengangkutan barang atau marine cargo menjadi salah satu sektor yang paling terdampak. Ketika volume perdagangan internasional terganggu akibat perang dagang, maka otomatis terjadi penurunan kebutuhan terhadap perlindungan asuransi barang,” ujar Edwin dalam keterangan resmi kepada media, Rabu 7 Mei 2025.

Menurut Edwin, perusahaan asuransi saat ini harus lebih waspada dan melakukan penyesuaian strategi bisnis, mengingat perubahan peta perdagangan global akan mempengaruhi kinerja lini marine cargo secara langsung maupun tidak langsung.

OJK Waspadai Dampak Sistemik ke Industri Asuransi

Dalam laporan terkini, OJK menyatakan bahwa sektor asuransi perlu melakukan antisipasi dini terhadap kemungkinan dampak sistemik yang ditimbulkan akibat kebijakan ekonomi global, termasuk kebijakan proteksionis seperti tarif impor tinggi yang diterapkan oleh negara-negara besar.

“Kebijakan dagang yang agresif dari negara-negara mitra utama Indonesia seperti Amerika Serikat tentu akan berdampak pada arus barang dan jasa internasional, yang kemudian berimbas ke lini-lini bisnis asuransi yang berkaitan, seperti marine cargo,” terang Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK, dalam keterangan terpisah.

OJK menilai penting bagi pelaku industri asuransi untuk melakukan diversifikasi lini bisnis dan portofolio produk, guna menghindari konsentrasi risiko yang terlalu tinggi pada satu sektor.

Efek Rantai: Penurunan Premi dan Klaim Marine Cargo

Data yang dihimpun dari asosiasi industri asuransi menunjukkan bahwa sejak awal tahun 2025, pertumbuhan premi asuransi marine cargo mengalami perlambatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini selaras dengan turunnya volume ekspor-impor sebagai dampak dari kebijakan tarif AS dan ketidakpastian hubungan dagang global.

Di sisi lain, perusahaan asuransi juga mencatatkan penurunan frekuensi klaim pada lini ini, yang bisa jadi mencerminkan turunnya aktivitas pengangkutan barang secara keseluruhan. Namun, menurut Edwin, hal ini tidak serta merta menjadi kabar baik.

“Turunnya klaim tidak berarti profitabilitas meningkat. Jika premi juga menurun drastis, maka margin keuntungan akan tertekan. Apalagi biaya reasuransi dan operasional tetap tinggi,” jelasnya.

Reasuransi dan Ketahanan Modal Perlu Diperkuat

Dalam situasi ini, perusahaan asuransi perlu memperkuat kerja sama dengan perusahaan reasuransi dan memastikan bahwa pengelolaan risiko tetap berada dalam batas toleransi yang sehat. OJK pun menegaskan pentingnya penguatan manajemen risiko dan cadangan teknis di perusahaan asuransi yang memiliki eksposur tinggi terhadap perdagangan internasional.

Selain itu, keberlanjutan bisnis di tengah dinamika global juga bergantung pada kemampuan perusahaan untuk melakukan digitalisasi dan efisiensi operasional. Edwin menambahkan bahwa Axa Insurance Indonesia kini tengah mendorong transformasi digital, termasuk dalam sistem underwriting dan klaim, guna menjaga daya saing dan efisiensi operasional di tengah tekanan eksternal.

Solusi: Diversifikasi Produk dan Adaptasi Strategi

Menyikapi tekanan ini, sejumlah perusahaan asuransi mulai mengalihkan fokus ke lini-lini bisnis lain yang memiliki potensi pertumbuhan lebih stabil, seperti asuransi properti, kesehatan, dan kendaraan bermotor. Selain itu, pengembangan produk-produk mikroasuransi dan berbasis digital menjadi salah satu strategi utama dalam menghadapi tekanan dari lini marine cargo.

“Kita harus fleksibel dan adaptif terhadap perubahan pasar. Diversifikasi adalah kunci, selain peningkatan layanan berbasis teknologi agar tetap relevan dengan kebutuhan klien saat ini,” tutur Edwin.

Beberapa perusahaan juga dilaporkan telah mulai menjajaki pasar asuransi pengangkutan domestik (inland marine) sebagai alternatif, di mana volume logistik dalam negeri tetap menunjukkan pertumbuhan di tengah program pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri.

Kebijakan tarif dagang yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terbukti memberikan dampak nyata terhadap industri asuransi di Indonesia, khususnya lini marine cargo. Penurunan volume perdagangan internasional sebagai imbas dari proteksionisme dagang membuat permintaan terhadap produk asuransi pengangkutan barang menurun.

Dengan kondisi ini, perusahaan asuransi nasional harus melakukan langkah adaptif dan proaktif, mulai dari diversifikasi portofolio, peningkatan manajemen risiko, transformasi digital, hingga penguatan kerja sama dengan mitra reasuransi. Selain itu, perhatian dari regulator seperti OJK juga menjadi penting dalam menjaga stabilitas industri agar tetap mampu menopang ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global yang tak menentu.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index